Jumat, 05 Desember 2014

Perumpamaan habis manis sepah dibuang, benar-benar tercipta dengan apik. Beberapa sering menafsirkan yang menjadi korban dari idiom ini adalah wanita. Tidak adil rasanya jika salah satu jender divonis mengenai ini. Mungkin sejak hari ini, setidaknya Ajeng telah membuka mataku tentang apa yang dia katakan tentang ini. Ajeng bilang dia kosong, dia sakit, dia hancur. Sama seperti lainnya, air mata, rasa sakit di uluh hati, sekotak tisu. ini ungkapan Ajeng. Sayang sekali saat itu matanya penuh dengan lelehan maskara dan eye liner, mau tidak mau aku harus pulang karena takut melihat penampilan itu.
"Cincinnya telah sampai ke jari manis gadis itu. garis senyumnya lebih lebar dari biasanya. Bahkan kerutan di keningnya mulai memudar," kata Ajeng. Inilah sulitnya berkomunikasi dengan Ajeng, dia tidak menjelaskan maksudnya, dia membiarkan kami menafsirkannya sendiri. Apa maksudnya seorang gadis dengan cincin di jari manis? Di tangan kiri atau kanan? Atau apa hubungannya dia, gadis itu dengan air mata semalam?
rrrrrrrrr. Ada email undangan pernikahan. Tampilannya penuh bunga dan ada gambar pita disana sini. Hal yang biasa selalu ada di undangan pernikaha. Inisialnya DD. Oh my god, Dimas Dinda. Dimas Wijaya kekasih Ajeng. Apa yang salah? Apa ini balasan yang pantas untuk Ajeng selama 2 tahun ini? Ajeng = korban, Dimas = terdakwa. Kalau aku menjadi Ajeng, aku akan membuang permen karet itu sebelum manisnya hilang. Menginjaknya, membiarkannya di dalam selokan.




~diMASAjeng~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar